COY Part 1 (Crush On You)
Pagi itu
di distrik Gangnam. Akhirnya, musim salju mengalami peralihan musim menjadi
musim semi. Yeoja yang sedang berada di kios tepi jalan itu adalah Bae Eunji.
Ya, dia adalah seorang loper. Di pagi buta, dia harus mengantarkan koran dan Banana
Milk dari rumah ke rumah, di disrtik gangnam. Bae Eunji harus menghidupi
dirinya sendiri, bukan karena dia sebatang kara ataupun tidak memiliki
keluarga. Dia hanya ingin mencoba hidup sederhana, dan menajdi orang yang lebih
mandiri. Setelah semua rasanya sudah terselesaikan, dengan semangat yang masih tersisa, Eunji mengkayuh sepeda menuju haggyo dengan sebuah senyum yang terlukis di wajah.
“Annyeong, samchon!” Sapanya, saat memasuki gerbang sekolah. Seperti biasanya
ia selalu tersenyum manis. Di tempat parkir, Eunji terlihat begitu terburu-buru
memarkirkan sepeda. Ketika itu, di saat yang bersamaan seorang namja juga
tengah memarkirkan sepedanya.
Namja itu
menatap sekilas, tanpa disadari dia menatap Eunji cuku lama. Namja itu baru
menyadari kalau Eunji masih berada di hadapannya.
“Mianhe, Sillyehamnida. Bisakah aku lewat.” Namja itu-pun tersentak
dari lamuannya. Dia segera menepi, membiarkan Eunji lewat. Entah apa yang di
pikirkannya tadi, tapi itu benar-benar membuatnya jadi sangat malu. Setelah Eunji
pergi, namja itu mengacak-acak rambutnya kesal.
“Aishh!”
-0-
Saat
berjalan di koridor sekolah, Eunji bertemu dengan Sonsaengnim-nya. Dia pun membungkuk-kan badannya,
memberi sebuah penghormatan. Kelihatannya Sonsaengnim terlalu banyak membawa buku,
bukunya-pun hampir setinggi bukit. Wajahnya pun sampai tak terlihat. Dia juga
agak kesulitan melihat, ketika berjalan.
“A, Sonsaengnim.
Annyeong haseyo.” Sapa Eunji, sambil tersenyum.
“A, Kebetulan aku
bertemu denganmu. Tolong bantu bawakan buku-buku ini ke kelas, ne. dan satu
lagi tolong di bagikan kepada hagsaeng, bapak ada urusan sebentar. Aratsoyo?”
“Ne, ah rasseo Sonsaengnim.”
Eunji menganggukan kepalanya, dan mengiyakannya.
“Baguslah, kalau begitu
bapak pergi.” Ucapnya berlalu, meninggalkan Eunji. Sambil membenarkan jas, dan
kacamatanya.
“Aigoo! Berat sekali
buku-buku ini.” Keluh Eunji, tak tahan lagi dengan beratnya buku- buku yang ia
bawa. Kalau saja lift sekolah tidak rusak, pasti dia akan lebih memilih naik
lift, dari pada harus naik beribu-ribu anak tangga. Eunji menghela napas
panjang, lelah, letih itulah yang ia rasakan. Benar-benar sonsaengnim-nya tidak
kira-kira, memberi buku setinggi bukit kepada Eunji. Yaa, itu memang sudah hal
yang biasa bagi Eunji bila di perlakukan seperti itu.
-0-
Di kelas, Eunji
telah membagikan semua buku-buku ya ia bawa tadi, dia buru-buru duduk karena
kakinya jadi terasa sangat pegal-pegal. Suasana kelas yang ricuh, mendadak
berubah menjadi tenang. Ketika Sonsaengnim Kim masuk kedalam kelas, bersama
seorang haksaeng namja pretty boy. Semua haksaeng yeoja terpesona, tiba-tiba saja semua mendadak merapikan seragam
yang di kenakannya, kecuali haksaeng namja. Tapi ada satu orang haksaeng yeoja yang terlihat biasa-biasa saja. Dia nampak tenang
sekali, ya siapa lagi kalau bukan Eunji. Dia dari tadi hanya sibuk memijat
bahu, lengan, dan kakinya yang masih terasa pegal. Sejak kedatangan anak baru
itu, dia jadi bersikap apatis.
“Odi,
babo-ya?” Eunji bertanya-tanya di mana chingu sebangkunya itu, sambil
celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri. Saat Eunji melihat keluar jendela,
chingu-nya itu sedang berlari menuju haggyo.
“Hari ini
kita mendapatkan murid baru, dia baru pindah kesini beberapa minggu yang lalu.
Kalau begitu, silahkan perkenalkan dirimu.”
“Annyeong
chingudul… namaku Lee Ho Won, kalian bisa
memanggilku Hoya. Aku baru pindah kesini beberapa minggu yang lalu. Mohon
bimbingannya.” Ucapnya sambil sedikit membungkuk, lalu tersenyum simpul.
“Wooiihh!” hagsaeng
yeoja bertiak girang, dan juga mereka memberikan sebuah applause.
“Woohyun, cepatlah! Semoga kau tidak
terlambat.” Eunji membatin.
“Eunji.”
Seru Sonsaengnim, membuat Eunji agak
kaget karena nadanya tiba-tiba saja menyambar seperti petir.
“Ne, wae?”
“Apakah
Woohyun itu belum datang? Kenapa dia selalu saja terlambat?” Sonsaengnim
menggelengkan kepalanya, keheranan. Eunji hanya bisa diam tak bisa menjawab.
“Anak itu benar-benar, kapan mau berubanya, aishh…” Sonsaengnim mendesah, sambil
mengkerutkan keningnya.
“Sonsaengnim!” Seru Woohyun tiba-tiba muncul dari mulut
pintu. Semuanya pun menoleh ke arah Woohyun, seketika.
“Kau terlambat lagi, Woohyun!
Cepat masuk! Seperti biasa kau harus membersihkan toilet sepulang sekolah nanti,
Aratsoyo!”
“Ne, Aratso.. Aratso...”
Woohyun menjawab dengan nada datar, menganggukan kepala seolah-olah dia sudah
terbiasa dengan itu. Dia-pun masuk ke dalam kelas, dan segera duduk di bangku sebelah
Eunji. Eunji hanya bisa geleng-geleng, melihat Woohyun. Woohyun malah
menyengir, tidak jelas.
“Kalau begitu Hoya, kau
bisa duduk di bangku kosong itu sebelahnya Dong Wo.”
Aigoo! Pretty boy, my idol. Aku harus menanyakan
nomor teleponnya. Dia sangat manis saat tersenyum. Aku harus terlihat anggun.
Aku pasti akan mendapatkannya. Itu dia baru tipeku. Semua sibuk berbicara ini dan itu, Eunji yang sedang
membaca konsentrasinya jadi hilang. Padahal Eunji sendiri juga biasa-biasa saja
menanggapinya, ia malah cuek sekali. Saat Hoya melihat Eunji ia memberi sebuah
senyuman, Eunji malah memalingkan wajahnya ke bawah. Tidak membalas sedikitpun
senyum yang begitu menawan dari si pretty boy itu. Ada apa sih dengan yeoja
ini? Apa dia sama sekali tidak tertarik.
“Sekarang, buka buku
kalian halaman dua ratus enam. Kerjakan nomor satu sampai lima puluh.”
“Ne…
baik.”
-0-
Treleng!!!
Bel
istirahat pun berbunyi, semua murid-murid segera berhamburan keluar. Eunji
langsung bangkit, dan keluar dari kelas. Dia nampak sedang mencari-cari
seseorang. Tapi siapa yang ia cari? Tiba-tiba seseorang menepuk Eunji dari
belakang, perlahan Eunji menoleh. Dia pun membalikan badannya, ternyata itu
Yuri, dia adalah chingu-nya Eunji.
“A, kau
mengagetkanku saja. Ada apa?” Tanya Eunji. Di saat yang bersamaan semua orang
tiba-tiba saja berlari-lari. Seperti tidak mau melewatkan sesuatu yang penting.
“Kenapa semua orang terburu-buru seperti ini?” Tanya Eunji kemudian.
“Kaja! Ttarawa!”
“Jamsiman gidariseyo, jelaskan dulu.
kenapa? Ada apa, ini?”
“Nanti
saja, aku jelaskannya. Sekarang ayo kita kelapangan! kaja… kaja…” Yuri menarik
lengan Eunji, sambil lari terbirit-birit. Semua orang juga jadi penasaran apa
yang terjadi di lapangan. Hampir satu sekolah berkumpul di lapangan, lapangan terlihat
begitu ramai karena kerumunan orang yang berdatangan dari segala penjuru arah
yang berbeda-beda.
“Aigoo, di
sini terlalu ramai. Aku jadi tidak bisa melihat, lebih baik kita naik ke
tangga. Kaja!” Yuri menarik lengan Eunji untuk yang kedua kalinya, pergelangan
tangannya agak sedikit sakit saat ditarik oleh Yuri. Yuri sampai bersemangat
sekali, Eunji hanya menatapnya heran. Setelah akhirnya bisa melihat, Yuri-pun
menjelaskannya kepada Eunji.
“Kau tahu
tidak, ada anak baru di sekolah ini?” Eunji menggangguk, mengiyakannya.
“Dia
sekarang sedang bertanding bola basket...” ucapan Yuri terpotong, Eunji
menyela.
“Aigoo!
Buat apa kamu menarik tanganku jauh-jauh kesini, kalau hanya buat melihat
pertandingan bola basket.” Eunji menyela, ucapan Yuri.
“Tunggu
dulu, aku belum selesai bicara. Kamu sudah memotong pembicaraanku, aku beritahu
ya… katanya Woohyun menantang tanding basket bersama siswa baru yang pretty boy
itu.”
“Mwo?! Woohyun,
tidak mungkin. Buat apa dia menantang segala?” Tanya Eunji tak percaya. Yuri
menatap sekilas ke arah Eunji, sambil mengedikan bahu pertanda bahwa ia tidak
tahu. Tapi kemudian matanya tertuju ke arah lapangan lagi. Eunji malas melihat
pertandingan itu, dia langsung pergi secara diam-diam.
“Yaa… Eunji!”
Seru guru olahraga tiba-tiba.
“A, guru olahraga------- Annyeong, ada apa pak?”
“Bapak mau
tanya ke kamau, di lapangan kenapa ramai sekali? Memangnya ada apa di sana?”
“Ada yang sedang
tanding basket, pak.” Jelas Eunji.
“Tanding
basket.” Guru olahraga mengulang ucapan Eunji tadi.
Semua
orang sibuk berteriak, begitupun dengan Yuri. Saking asyiknya ia sampai-sampai
tidak menyadari kalau Eunji tidak berada di sampingnya. Yuri dari tadi terus
berbicara seperti orang gila, Yuri kesal dan semakin kesal karena Eunji tidak
meresponnya. Dan ketika Yuri menoleh dia pun baru menyadari kalau Eunji tidak
berada di sebelahnya.
“Eunji-ah…
Eunji-aishh! Dimana anak itu, kenapa pergi.” Ia mendengus kesal, tapi matanya
tertuju ke lapangan lagi. Sekrang ia menghiraukannya. “Wooo! Lee Ho Woon! Lee Ho Woon! Kyaaa!!!”.
Keduanya mendapatkan nila seri. Saat ingin menentukan siapa yang menang, mereka
malah tidak meneruskannya. Akhirnya pertandinganpun selesai, tidak ada yang
menang dan kalah.
“Ya! Woohyun
permainan mu cukup bagus tadi.” Puji Hoya, sambil menepuk pundak Woohyun.
“Kau juga
cukup bagus tadi, kukira kau sudah lupa cara bermain basket.” Canda Woohyun,
tanpa bermaksud meledek.
“Mana
mungkin aku bisa lupa, ada-ada saja kau.” Hoya menjitak kepala Woohyun.
“Ku kira
kau terkena amnesia di sana. Kenapa kau kembali ke korea?”
“Aku…
merindukan seseorang.”
“Nugu?”
Tanya Woohyun dengan cepat.
TBC~~
Komentar
Posting Komentar